Pendidikan bagi Kaum Wanita

Berbicara tentang dunia pendidikan, tidak kalah pentingnya jika kita memahami siapa pahlawan yang memperjuangkan pendidikan di Tanah Air Indonesia sehingga pendidikan di Indonesiapun bisa berkembang dari hari ke hari. Disini peran kita sebagai bangsa yang baik adalah menjaga dan meneruskan perjuangan para pahlawan, dalam pendidikan khususnya.

Tepat pada tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hajar Dewantara tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa. Beliau adalah Menteri pendidikan pertama di Indonesia yang diangkat oleh Ir. Soekarno setelah Indonesia dinyatakan merdeka. Beliau mempunyai semboyan yang berbunyi Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Yang arti dari ketiga semboyan ini adalah: Di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik. Di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Di belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Dan bagian dari semboyan ciptaan beliau yaitu, Tut Wuri Handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia hingga saat ini.

Kembali kepada judul artikel yang saya tulis kali ini, perihal pendidikan bagi kaum wanita maka sebentar lagi terhitung hari, kita akan masuk pada bulan April. Bulan simbolik lahirnya Emansipasi wanita menjadi momentum berharga untuk dilewatkan. Perempuan cerdas nan tangguh penggagas Emansipasi Wanita yang menjadi kiblat para wanita di Indonesia untuk memperjuangkan hak sekaligus pendidikan bagi kaum sesamanya, beliaulah R.A Kartini yang lahir pada tanggal 21 April, dan setiap tanggal itu pulalah diperingati oleh bangsa Indonesia untuk menghargai jasa-jasa beliau dalam dunia pendidikan, bagi kaum wanita khususnya.

Wanita, yang dalam kultur masyarakat era tradisional, disebut-sebut sebagai  seseorang yang hanya akan berada didapur, memasak, berdandan, mengasuh anak, dan mengerjakan kegiatan rumah tangga sepenuhnya, sehingga oleh karena itu wanita dipandang tidak perlu berpindidikan tinggi, toh pada akhirnya akan berada di dapur saja. Padahal lebih dari itu tanpa disadari bahwa pendidikan juga mempunyai pengaruh yang begitu besar dalam urusan rumah tangga. Mengurus anak membutuhkan tenaga yang ekstra, tidak hanya menguras tenaga tetapi juga menguras pikiran. Begitupun dalam memasak, ataupun menata rumah memerlukan unsur seni dan kestabilan emosi, darimana kita bisa menyeimbangkan segala rasa jika tanpa pengalaman atau pendidikan. Walaupun tidak ada sekolah yang mengajarkan langsung bagaimana menjadi istri atau ibu yang baik. Tetapi lewat pendidikanlah pikiran wanita akan lebih terbuka dan terasah kreatif dalam mendidik anak kemudian terarah dalam mencapai tanggung jawab sebagai kodrat wanitanya.

Jadi sah-sah saja jika seorang wanita memutuskan untuk mengenyam pendidikan tinggi, toh dalam islam diwajibkan pula untuk menuntut ilmu. Tetapi dalam penerapan ilmu tersebut  tidak boleh ditempatkan pada porsi yang salah. Karena semakin tinggi ilmu seorang wanita, maka seharusnya akan lebih tahu bagaimana syariat menjadi wanita yang baik dan benar. Selain itu, jika sudah menuntut ilmu dan seorang wanita mengambil satu langkah lebih maju untuk berkecimpung dalam dunia pekerjaan atau disebut dengan istilah Wanita Karir pada masa kinipun tidak masalah, selama tidak ada pihak yang dirugikan dan tidak melalaikan tanggung jawabnya sebagai wanita (Anak,Istri&Ibu).

Seperti dalam H.R.Bukhari : "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut." 

Disini yang perlu digaris bawahi adalah, bahwasanya seorang wanita yang berpendidikan tinggi tidak ditujukan untuk menandingi laki-laki, tetapi untuk membangun generasi, melahirkan penerus bangsa yang cerdas dan bertanggung jawab dijalan Illahi.

Belum ada Komentar untuk "Pendidikan bagi Kaum Wanita"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel