Pendidikanku Bukan Untuk Menandingimu

Pendidikanku Bukan Untuk Menandingimu
Sebelumnya rasa syukur miimin panjatkan kepada Alloh SWT nih, atas segala karuniaNYA akhirnya mimin bisa menyelesaikan study mimin tepat pada waktunya. Kenapa mimin mengambil judul artikel Pendidikanku Bukan Untuk Menandingimu? Tentunya ada sebab musabab didalamnya. Hehee. Nggak mungkin saya menulis sesuatu tanpa sebab yang mendorong saya akhirnya kembali bersemangat senam jari diatas keyboard lepi. Jadi begini, akhir bulan Mei tahun ini menjadi bulan yang sangat mendebarkan bagi mimin. Karena hari itu adalah petaruhan lulus dan tidaknya mimin untuk meraih gelar Magister Pendidikan. Cieeellaaahhhh. Tenang, penonton harap tenang. Setidaknya sampai detik ini, mimin selalu mengumpulkan bahan-bahan cerita yang nantinya akan mimin jadikan cerita bermotivasi untuk anak-anak mimin. Aamiin. Termasuk dalam hal menimba ilmu sekaligus berbagi ilmu.

Singkat cerita, 2 tahun yang lalu saya memberanikan diri keluar dari zona nyaman saya. Dan itu semua berkat dukungan moriil sekaligus materiil dari orangtua saya. Iya, 2 tahun yang lalu tepatnya tanggal 16 Agustus 2016 saya menjalani Test Masuk Pascasarjana IAIN Tulungagung. Sesuatu yang sebelumnya berada diluar bayangan saya. Meskipun tidak bisa dipungkiri sempat beberapa kali saya termotivasi juga dengan iklan Fair-Lo*elly yang mengusung Kalimat "NIKAH atau S2" dimana pada akhirnya di iklan tersebut si aktor lebih memilih lanjut S2 dulu sebelum menikah. Insyaalloh soal jodohpun akan menyusul dengan berjalannya waktu. Semakin bersemangat pula saya dalam memantapkan pilihan lanjut S2.

Sekali lagi kenapa artikel ini berjudul Pendidikanku Bukan Untuk Menandingimu? Selain untuk mengutarakan isi hati saya, artikel ini juga saya tujukan untuk menjawab kegalauan lelaki diluar sana yang memandang WAH wanita yang berpendidikan tinggi. Tenang mas, pendidikan tinggi kita bukan bertujuan untuk menandingi kalian. Kami tetaplah wanita yang sudah dikodratkan untuk menjadi makmum, dan kalian tetaplah pusat dari keberkahan hidup kami untuk menuju Surga Alloh. Jadi soal pendidikan, sama sekali jangan dipermasalahkan.

Sempat pada suatu waktu, di awal-awal permulaan perkuliahan dulu, ada seorang teman cowok yang menegur saya soal Pendidikan Tinggi seorang wanita. Lupa-lupa ingat, kala itu tegurannya berbentuk kalimat seperti ini: "Kalo mau lanjut kuliah mending nikah aja dulu lah, soalnya menurutku kalo kamu langsung ambil pasca dan kamu belom punya pasangan, cowok nanti bakal sungkan dan segan sama kamu, semacam ketinggian gitu loo, takut sama pendidikan kamu.”

*Kemudian sesaat saya mikir sebelum melemparkan jawaban*

Saya menuntut ilmu bukan untuk membuat orang lain merasa sungkan, segan atau gimana-gimana, melainkan karena keinginan untuk menggali potensi diri dan mengembangkan kemampuan berpikir, karena ada banyak pencapaian yang ingin saya raih dalam hidup. Dan akan lebih bahagia lagi saat saya menikah lalu mendidik anak-anak kelak dengan ilmu yang saya peroleh membuat mereka (anak-anak saya) berkata dengan senyum : “Aku bangga punya Ibu seperti Ibu”

Yaa pikirkan aja deh, meskipun menjadi Ibu Rumah Tangga itu terlihat sepele, namun ada banyak hal yang perlu diperhatikan agar keharmonisan dan kesuksesan dalam keluarga terbangun. Karena menjadi Ibu Rumah Tangga tidak sesederhana hanya berada didapur, memasak, berdandan, mengasuh anak, dan mengerjakan kegiatan rumah tangga sepenuhnya. Ada hal lebih dari itu yang tanpa disadari bahwa pendidikan juga mempunyai pengaruh yang begitu besar dalam urusan rumah tangga. Mengurus anak membutuhkan tenaga yang ekstra, tidak hanya menguras tenaga tetapi juga menguras pikiran. Begitupun dalam memasak, ataupun menata rumah memerlukan unsur seni dan kestabilan emosi, darimana kita bisa menyeimbangkan segala rasa jika tanpa pengalaman atau pendidikan. Walaupun tidak ada sekolah yang mengajarkan langsung bagaimana menjadi istri atau ibu yang baik. Tetapi lewat pendidikanlah pikiran wanita akan lebih terbuka dan terasah kreatif dalam mendidik anak kemudian terarah dalam mencapai tanggung jawab sebagai kodrat wanitanya.

Jadi sah-sah saja to jika seorang wanita memutuskan untuk mengenyam pendidikan tinggi, toh dalam islam diwajibkan pula untuk menuntut ilmu. Tetapi dalam penerapan ilmu tersebut  tidak boleh ditempatkan pada porsi yang salah. Karena semakin tinggi ilmu seorang wanita, maka seharusnya akan lebih tahu bagaimana syariat menjadi wanita yang baik dan benar. Selain itu, jika sudah menuntut ilmu dan seorang wanita mengambil satu langkah lebih maju untuk berkecimpung dalam dunia pekerjaan atau disebut dengan istilah Wanita Karir pada masa kinipun tidak masalah, selama tidak ada pihak yang dirugikan dan tidak melalaikan tanggung jawabnya sebagai wanita (Menjadi Anak, Istri dan Ibu).

Seperti dalam H.R.Bukhari : "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut."

Jadi untuk para wanita di luar sana, jangan ragu untuk memperoleh pendidikan yaa. Pendidikan tidak hanya diperoleh di sekolah saja kok. Dimanapun tempat yang bisa memberikan ilmu serta pengalaman baru yang berfaedah untuk kita, itu juga termasuk pendidikan.
Okeee. Semangat Memperoleh dan Berbagi Pendidikan.!

Belum ada Komentar untuk "Pendidikanku Bukan Untuk Menandingimu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel