Zona Ceria Resolusi 2018 Di Gunung Gudik (Wisata Alam Tulungagung)
Kamis, 04 Januari 2018
4 Komentar
Consiners Dan Gunung Gudik |
Wisata Alam Gunung Gudik - Pergantian tahun baru saja berlalu. Namun masih terasa hangat sisa-sisa nuansanya di sekeliling kita. Moment malam pergantian tahun memang sering dijadikan kesempatan untuk berkumpul bersama orang-orang terdekat. Bukan berarti kita mengiyakan atau mengikuti suatu ajaran yang tidak diajarkan pada keyakinan kita. Tetapi disini saya lebih suka mengambil hikmah positifnya saja. Biasanya kita sebagai mahkluk pekerja disibukkan oleh aktivitas padat merayap di hari aktif, yang menyita sebagian besar waktu, sehingga membuat kita sangat tidak bisa menyempatkan diri untuk santai sejenak bahkan merencanakan travel bersama orang-orang terdekat. Nahhh, kebetulan dengan adanya libur tahun baru yang jelas menjadi libur umum bahkan untuk para pekerja ataupun yang sekolah, membuat liburan tahun baru banyak dimanfaatkan menjadi hari special untuk berkumpul.
Seperti tahun yang sudah-sudah, liburan di tahun baru sering saya isi dengan kegiatan berkumpul bersama teman-teman saya. Dan kali ini Wisata Alam yang saya dan teman-teman pilih untuk menjadi tempat tujuan kita berkumpul adalah Gunung Gudik. Wisata Alam dengan ketenangan yang ditawarkan akan membuat kita lebih khidmad menanamkan dalam hati untuk membangun resolusi di Tahun yang Baru. Hayooo apa resolusi kalian? Apapun itu sederet list resolusi kalian, jangan lupa tanamkan resolusi yang terwahid yaitu menjadi pribadi yang semakin baik dulu yak jes (termasuk resolusinya move on semakin dibaikin, jangan stalking mulu, hihihi, ngomong sama diriku sendiri).
Hallo Mokky, Sunrise dari Gunung Gudik |
Gunung Gudik terletak di Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung. Gunung yang tidak memiliki ketinggian setinggi Gunung Semeru ataupun Gunung Arjuna bahkan Gunung Budeg ini nggak bakal bikin kalian jengah dengan lamanya perjalanan. Hahahha. Saya tahu kok, terkadang trakking itu emang bikin males, yang nggak bikin males kalau udah lihat keindahan alam yang ditawarkan. Padahal untuk menikmati suatu keindahan kita memerlukan proses yang tidak mudah. Harus melewati medan yang licin (selicin lidahnya tetangga gosipin kita, hiks), tanjakan yang benar-benar menguras tenaga, panas dan hujan yang silih berganti. Ehhhh kok jadi nglantur gini bahasan saya. BTW, bukan hanya Gunung Gudik saja lo Wisata Alam yang ada di Notorejo.
Di sebelah selatan Gunung Gudik juga ada Wisata Alam yang dikelola oleh anak muda setempat dan menjadi Wisata yang kekinian karena menawarkan berbagai macam keindahan. Kemarin saya stalking Akun Instagramnya bikin saya terpesona juga dengan keindahan alamnya, seperti lautan kabut, Sunrise, Sunset, dan Senja. Nama tempatnya dikenal dengan Bukit Impian. Selain bukit impian, Notorejo juga memberdayakan suatu peternakan sapi perah menjadi tempat wisata buatan yang mengedukasi, dikenal dengan Kampung Susu Dinasty. Duhh, Tulungagung semakin hari semakin maju saja ya, sadar dengan pengelolaan wisatanya.
Di sebelah selatan Gunung Gudik juga ada Wisata Alam yang dikelola oleh anak muda setempat dan menjadi Wisata yang kekinian karena menawarkan berbagai macam keindahan. Kemarin saya stalking Akun Instagramnya bikin saya terpesona juga dengan keindahan alamnya, seperti lautan kabut, Sunrise, Sunset, dan Senja. Nama tempatnya dikenal dengan Bukit Impian. Selain bukit impian, Notorejo juga memberdayakan suatu peternakan sapi perah menjadi tempat wisata buatan yang mengedukasi, dikenal dengan Kampung Susu Dinasty. Duhh, Tulungagung semakin hari semakin maju saja ya, sadar dengan pengelolaan wisatanya.
Baca Juga Nih: Wisata Kampung Susu Dinasty, Wisata Yang Mengedukasi.
Gunung Gudik, saya sudah dua kali menyambanginya dengan sebagian orang yang sama dan cerita yang berbeda (stop jangan mulai curhat). Untuk menjamah puncaknya kita memerlukan waktu 45menit trakking. Tetapi jangan asal main kesini saja yaaa. Gunung Gudik ini bisa dikatakan masih menjadi wisata alam newbie (mengadopsi istilahnya blogger, huhu) di Tulunggung. Sangat jarang terjamah oleh manusia, karena masih bernuansa natural dengan tetumbuhan rumput khas hutan rimba setinggi dada kita. Jadi sebelum bisa naik kesini, H-1 beberapa teman sudah naik duluan buat membuka jalan. Membersihkan rumput-rumput liar yang menghalangi jalan. Karena Gunung Gudik jauh dari perhatian pengelola baik dari anak muda setempat ataupun pokdarwis. Intinya Gunung Gudik masih sangat dekat dengan kesan natural. Disanapun belum tersedia tempat parkir resmi seperti Wisata Tulungagung pada umumnya. Kemarin kita nitipin motor di rumah sodaranya Mas Imam, namanya Kang Rup. Jadi misalnya mau menyambangi Gunung Gudik, langsung saja cari rumahnya Kang Rup, tanya ke penduduk setempat insyaalloh banyak yang tahu. Karena rumah Kang Rup ini penyedia jasa selip dan lumayan terkenal di Desa Notorejo.
Keponakan yang tidak pernah mau panggil tante. |
Awal keberangkatan, saya mulai berangkat dari rumah jam 15.00, kebetulan hari itu saya mengajak keponakan kecil saya yang tiap kali ditanya punya cita-cita apa selalu jawab ingin menjadi guru dan pendaki seperti tantenya, iya tantenya alias saya (aihhh jadi malu, haha). Saya rasa Gunung Gudik ini menjadi Wisata Alam sekaligus dataran tinggi yang cocok sebagai pengenalan pertama medan pendakian buat anak seusia keponakan saya (Kelas 4 SD). Tujuan keberangkatan utama saya dari rumah adalah rumahnya Mas Imam dulu. Karena jarak Gunung Gudik dengan rumah Mas Imam sangat dekat. Yaaa bisa dibilang mas imam ini yang menjadi empunya Gunung Gudik dalam rombongan kami. Di rumah mas Imam sudah menanti mbak yetti dan mas nando yang juga tergabung dalam rombongan pendakian kloter pertama ke Gunung Gudik. Perjalanan saya kali ini benar-benar atas restu orang tua, haha. Jauh-jauh hari sebelum hari H, saya sudah pamit terlebih dahulu karena mau mengajak keponakan saya. Dan ternyata langsung ACC dari si bapak, si bapak malah punya rencana mau ngajakin naik ke gunung belakang rumah. Yaaaa okelah. Senangnya dalam hati. Besok-besok kalau mau jalan, cara ampuh pertama adalah ngajakin keponakan, pastinya langsung ACC dan bisa dapat tambahan uang saku, (ketawa jahat hahahaa).
Kloter pertama yang berangkat jam 17.00 |
Pendakian kita dibagi menjadi 3 kloter. Kloter pertama berangkat jam setengah 5, kloter kedua berangkat jam 5, dan kloter ketiga berangkat jam 9 malam meskipun pada akhirnya harus berangkat jam 12 malam karena terjebak macet diperjalanan. Seperti yang saya bilang diatas, perjalanan untuk menuju puncak memakan waktu sekitar 45 menit. Tidak terlalu lama untuk ukuran para pendaki master. Namun, view yang ditawarkan oleh Gunung Gudik ini tidak kalah dengan view yang ditawarkan oleh Gunung Budeg yang menjadi icont Wisata Tulungagung. Saya jamin, kalian nggak bakal menyesal jika mengunjungi Gunung Gudik ini. Sudah suasananya bagus untuk bertaddabur alam, ditambah dengan pemandangan yang nggak bikin bosen untuk lama-lama berada disana. Perjalanannya pun nggak menguras tenaga lebih ekstra.
Nah, sesampai di area campground kita istirahat sebentar, menghilangkan keringat yang mulai banjir disepanjang trakk. Usai keringat mulai menghilang, kita bergegas mendirikan tenda supaya tidak keburu malam. Dan, awesome, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Disini kita disuguhkan oleh pemandangan alam yang nggak bakal bisa kita lupa, yaaa karena kita adalah para pecandu senja, pengagum sunrise, pemburu sunset, yang pasti adalah penikmat alam. Senja di Gunung Gudik kali ini bikin kita benar-benar dibuat takjub brooo. Begitu indah senja penutup hari di penghujung tahun 2017 itu. Duh, Nikmat Tuhan Mana lagi Yang Kamu Dustakan. Sampai bikin saya flashback sekilas kepada suatu hari dimana saya duduk berdua dengan seseorang di atas bukit dan menikmati senja selepas hujan yang mengguyur perjalanan kami. Ahhh terlalu indah untuk dilupakan denganmu yang mau menemaniku berburu dan menjadi pecandu senja hari itu. Kapan di remidi? (Ehhhhh Move on nak, dianya sudah move on lo), hehehee.
Senja yang ku temukan di Gunung Gudik, |
Sushi dan Senja, saling melengkapi. Lebih lengkap lagi jika........(isi sendiri) :-D |
Selang 30 menit setelah selesai membangun tenda sebelum membangun rumah tangga, kloter kedua sampai di area campground dengan sehat selamat tanpa kekurangan suatu apapun, haha. Karena sudah memasuki waktu maghrib kita langsung menunaikan sholat maghrib. Yaaa jadi begini aktivitas kita, sejauh apapun kaki melangkah dan kemanapun tujuan kita, ibadah tetaplah ibadah yang wajib dilaksanakan. Angin malam yang menyejukkan, cuaca cerah dengan ditemani si supermoon yang mempesona, membuat keakraban kita semakin terasa. Banyolan-banyolan nganyelne tidak pernah ketinggalan menambah kocak obrolan yang lama-kelamaan semakin nggak jelas. Lalu masuklah acara makan-makan, dibuka dengan memakan semangka dengan berat 5kg yang dibawa naik oleh Mas Toye, hahahaha, kita tahu kok, Mas Toye pasti kuat membawa beban ransel dan ditambah beban semangka 5kg, Ukuran berat 5kg itu tidak ada apa-apanya dibanding beratnya memikirkan ibu negara serta para kabinet kerjanya yang lain (ampunnn mas ye). Bukan hanya semangka saja yang menjadi sasaran makan kita malam tahun baru itu. Ada juga jagung manis bakar. Kemudian di susul sosis bakar dan sate kelinci yang saya sendiri nggak doyan buat memakannya. Nggak tega lihat si imut kelinci gitu dijadikan sate, terus dijadikan santapan makan malam, duhhhh kasiaannn, sayang sekali.
Puncak acara yang kita tunggu-tunggu tiba. Sembari menunggu kloter ketiga sampai pada area campground, kita masih bercengkerama dibawah langit yang cerah dan lengkap dengan supermoonnya. Menjelang detik-detik pergantian tahun, kita suah siap menjadi saksi dengan menikmati live kembang api dari berbagai penjuru. Bagaimana dengan keindahan malam yang kamu temukan di penghujung akhir 2017? Seindah malam yang saya temukan atau malah lebih indah?
Keindahan malam dari Gunung Gudik, Lebih indah aslinya apalagi tanpa modelnya, hahaah |
Setelah puas menikmati live pesta kembang api dan kloter ketiga telah sampai area campground, kemudian satu-persatu para personil rombongan Pendaki Gunung Gudik masuk ke tenda masing-masing. Kita menuju pulau kapuk, membangun mimpi dan resolusi menyongsong Tahun 2018. Lalu, esok harinya pagi pagi sekali kita sudah bangun. Sekitar pukul 07.00 kita buru-buru packing, karena kelihatannya cuaca tidak bersahabat. Mendung hitam sudah tersenyum sinis ke arah kita. Sebenarnya jika beruntung, di pagi buta dengan hari yang cerah, Gunung Gudik menyuguhkan suatu keindahan ciptaan Tuhan yaitu lautan kabut yang terhampar luas dihadapan kita. Tetapi sayang, hari itu cuaca dan rejeki belum berpihak pada rombongan kita, sehingga kita harus ikhlas meski tidak bisa menjumpai lautan kabut. Mungkin inilah yang disebut tidak berjodoh, hiks. Sebenarnya tidak berjumpa dengan lautan kabutpun tidak apa-apa sih bagi kita. Yang penting kita bisa menikmati wisata sambil mengukir cerita di penghujung 2017 dalam zona ceria berkumpul dan bercengkerama bersama orang terdekat. Jadi apa ceritamu?
Kalau rejeki berpihak padamu bakal ketemu sama lautan kabut seindah ini. |
The Power Of Gincu |
Perjalanan Pulang. |
Sejauh apapun langkah kakimu pergi, jangan lupa bawa sampahmu kembali.!
Bagaimanapun juga alam pun ingin disayangi..
Supaya anak cucu kita bisa ikut menikmati..
Keep Traveling dan Mari Sayangi Lingkungan!
Wwowwwwww..... Amazing.... Up
BalasHapusKenek elek trus ya mas toye itu. Siapa sih dia itu
BalasHapusDia itu org sombong yang jahhat
HapusMantappp ��
BalasHapus